Jumat, 15 Agustus 2008

Refleksi Sebuah Pertemanan

REFLEKSI SEBUAH PERTEMANAN

Hari itu ia menangis
Menunggu bulan dalam langitnya
Malam,selalu padam
Tiada kesukaan akan malam
Karena malam pun menangis
Karena malam..
Tak ingin ia terus bersedih

Wajah nya yang terus menahan kelu dan luka terus membayangiku,aku merasa bersalah akan itu. Aku dapat menolongnya,aku dapat membantunya. Tapi aku merasa tak berarti untuk itu. Aku hanya bisa melihatnya menangis di sudut ruang,hampa dan dingin.
Ya ALLAH salahkah bila hamba menjauh darinya?atau memang hamba harus mendekatinya. Ya ALLAH hamba bukan sosok manusia yang sempurna,hati hamba berkata bila aku mendekatinya takkan berlangsung lama,dan barang tentu aku kan menjauhinya seperti mereka yang pergi satu persatu dalam hidupnya.
Pagi itu aku melihatnya termenung,tatapannya kosong dan aku menganggap itu gila. Semua orang hanya bisa berlalu lalang didepannya. Apa mereka tidak melihat sosok haru yang ada didepan mata mereka. Sosok yang mereka tahu, tapi mereka tak mau tahu. Hari itu aku beranikan diri untuk sekedar menyapanya,kutampis rasa enggan dalam diriku.Yah aku sadar aku harus menjadi seorang manusia yang sesungguhnya. Ku sapa dirinya,kutanyakan keadaannya. Ia terhentak, terkejut, melihat kehadiranku disampingnya. Ia menghapus air mata yang tersisa. Dan ia pun tersenyum padaku dan mengisyaratkan padaku bahwa ia baik-baik saja. Aku mundur meninggalkannya dan berpesan padanya apabila ia butuh sesuatu,aku dapat membantu. Ya ALLAH sekali lagi kurasa itu sebuah basa-basi yang terasa indah baginya,tapi mungkin menyakitkanku.
Suatu senja ia menghubungiku sekedar memberi sebuah salam sore untukku. Esoknya aku yang menghubunginya dan menanyakan keadaannya. Aku merasa lega melihatnya tersenyum beberapa hari ini,yah walau kurasa senyum yang hanya sebegitu tipis. Begitu seringnya aku mengungkapkan kata-kata semangat kepadanya,walau aku sendiri merasa kurang tersemangati. Harapku aku dapat membantu membangkitkan semangat dirinya,mungkin tak kan mencukupi karena kupikir ia adalah tipe orang yang mempunyai banyak masalah. Jadi kata-kata ku itu mungkin hanya berpengaruh 5 %nya..semoga.
Berulang kali ku melihat tragedi kecil yang menyakitkan, semua orang hanya berbasa basi didepannya. Sekedar berbicara ringan dan kemudian membelakanginya,Ya ALLAH, aku tahu bagaimana sakitnya bila seseorang terus saja membelakangi kita. Tapi ini bukan hanya seorang tapi banyak orang. Aku tahu mungkin ia tak berarti dalam kehidupan mereka tapi apa kita tak pernah berpikir suatu saat teman-teman terbaik kita meninggalkan kita satu persatu dan membiarkan diri ini tersingkirkan. Yah,dan aku mengerti mengapa mereka enggan mendekatinya kembali,tapi pasti ada jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Membuatnya masuk kembali dalam kehidupan sosial kalian.
Bukankah setiap orang memiliki kekurangan dalam dirinya? Apakah memang kita telah pantas memicingkan mata kepadanya? Apakah telah pantas kita lakukan itu di bumi ALLAH? Sadarkan diriku bahwa sesuatu yang buruk dapat diperbaiki dengan ketulusan hati masing-masing kita.
Aku menatap derasan mata awan,memancarkan kesuburan akan hidup,aku tersadarkan hari itu,ribuan gundah telanjangiku,Aku malu padaMu,aku lemah tak terpikir diri, andai aku itu dia ingin kuambil sebilah pisau dan kutancapkan tepat di jantung hidupku.Aku Malu telah lupa akannya.
Ia menemuiku dan berkata apa maksud hatiku mendekatinya? Seperti sebuah lelucon bodoh yang aku ingin robek-robek didepannya. Aku mencoba menenangkan diriku dan aku menjawab,sesungguhnya ini hanya sebuah bagian dari pertemananku kepadamu. Dan aku tak punya maksud hati mengacaukan kehidupanmu. Bila engkau menginginkan aku jauh aku kan jauh. Ia hanya tersenyum dan pergi meninggalkanku.
Ya ALLAH aku merasa kini rasa enggan menghinggapiku,inikah yang mereka rasakan ketika berteman dengannya?. Aku merasa tak nyaman karenanya. Waktuku habis terkuras memikirkannya. Teman sadarkah engkau bahwa kau telah terperosok kedalam jurang itu??Lalu bagaimana kuharus membawakan tali penyelamat itu?Bagaimana harus kujelaskan kepadamu bahwa tali itu tidak dijual didunia ini tapi tali itu kau sendiri yang menciptanya dan kau sendiri yang menjualnya kepada dirimu sendiri………
Dinginnya malam menusukku,tapi mata ku tetap saja enggan tertutup. Handphone kuberdering,nomornya tak kukenal tapi ku tahu itu nomor Bandung. Kuangkat,dan aku terkejut bagaikan petir yang menyambarku dan menghempaskan ku jauh didasar tanah. Ia meninggalkanku dalam ketidak berdayaannya menghadapi hidup, keputusasaannya akan hidup, Ia menusukkan sebilah pisau tepat dijantungnya.
Aku terbangun bermandikan kekacauan dihatiku,Ya ALLAH ini cuma mimpi, ini jawaban dari semua pertanyaan ku tentangnya. Itu akibat terburuk yang dapat terjadi bila tiada lagi yang memerhatikannya.
Pertemanan bukanlah merasa senang dan sedih bersama,pertemanan adalah dimana sebuah ketulusan hati mu tengah diujiNya,mampukah engkau tulus berteman dengannya dalam keadaan seburuk apapun dia,dan mampukah engkau memperbaiki itu semua dan engkau berjalan bersamanya menuju surga Illahi.
Teman untuk saat ini aku hanya ingin membangunkanmu agar kau sadar bahwa jurang itu telah kau lewati saat kau tertidur.dan engkau tak pernah sendiri, ada DIA yang menjagamu,dan tempatmu berkeluh kesah.Tak perlu kau bersedih karena mereka tidak lagi mencintaimu,bersedihlah engkau ketika ALLAH sudah tidak lagi mencintaimu.Doaku menyertai mu teman…

Djatinangor, 18 April 2007
Untuk seorang teman yang tak pernah kusapa hatinya..

Tidak ada komentar: